Profil Saya di Mediaaceh.co.id
Aida tumbuh besar seperti anak lainnya di Tapaktuan, Aceh Selatan. 20 tahun lalu, tidak banyak yang tahu ia menyimpan potensi besar sebagai penulis. Belakangan, banyak yang kaget setelah mengetahui Aida sudah menulis 25 buku dalam berbagai genre. 9 novel, 11 buku motivasi remaja, dan 5 buku biografi tokoh.
Nama lengkap perempuan kelahiran 1982 di Tapaktuan Aceh Selatan itu adalah Aida Maslamah Ahmad. Nama ini sering disingkat jadi Aida MA di banyak karyanya. Terkadang, disingkat Aida Ahmad saja, untuk menonjolkan nama sang Ayah, Ustaz H. Ahmad Ibrahim, mantan anggota MPU Aceh Selatan.
Aida menempuh pendidikan hingga S-2 Program Magister Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Bisnis di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
“Naskah saya diterbitkan oleh penerbit Mayor- Elexmedia groupnya Kompas Gramedia. Lalu berlanjut satu demi satu naskah lahir di berbagai penerbitan, seperti Mizan dan Erlangga. Terhitung hingga hari ini, saya sudah menulis 25 buku,” kata perempuan berdarah Kluet itu.
Bukunya berjudul My Dear, Listen to Me sudah dicetak 22.000 eksemplar. Buku lainnya, Ya Rabb, Aku Galau, sudah dicetak 36.000 eksemplar dalam 12 kali cetak. Keduanya diterbitkan oleh penerbit nasional Erlangga.
Salah satu novelnya, Sunset in Weh Island yang bercerita tentang keindahan wisata Sabang, saat ini dalam proses konversi menjadi film untuk layar lebar.
Kemampuan menulis menjadikannya sebagai seorang biografer. Dia membantu menulis kisah tokoh-tokoh penting, seperti Juru Bicara Mabes Polri 2019, beberapa tokoh Financial Planner, Pemuda Millenial yang berbicara di PBB, dan pakar adiksi narkotika.
Dia membagikan pula pengalaman pribadinya, ketika ditahan oleh polisi Perancis di Bandara Charless de Gaulle Paris. Saat itu Perancis sedang tidak bersahabat dengan ornamen-ornamen agama tertentu. Aida memakai jilbab saat itu, mendorong sikap polisi itu tak bersahabat, bahkan sampai membongkar tasnya.
“Polisi Perancis berhenti memeriksa, setelah menemukan flyer saat saya mengisi materi Writing Healing Therapy di sebuah kampus ternama Al-Akhawyn University, Maroko, Afrika Utara. Thanks God, I’m a writer” kenang Aida.
Dia juga membagi inspirasi bagi pembaca, ketika menekuni profesi sebagai penulis professional.
Menjadi penulis, katanya, memiliki kebebasan dalam menulis berbagai tema, mampu menentukan nilai karyanya sendiri. Mampu memberikan banyak inspirasi bukan hanya dari sisi konten saja, namun menjadi inspirasi pekerjaan yang bisa menghasilkan.
“Saya sendiri penulis bersertifikasi BNSP, dengan kemampuan saya menulis, menyusun banyak pidato, presentasi, selama dua tahun saya dipercaya sebagai Tenaga Ahli di DPR RI Komisi IX- Dr. Arzeti Bilbina” ungkap Aida bersemangat.
Saat ini, Aida bekerja sebagai CEO sebuah perusahaan penerbitan Maslamah Media Mandiri (3M) yang berbasis di Jakarta. Penerbitan ini, selain menerbitkan banyak karya buku dan novel, juga didirikan untuk mendampingi anak-anak belajar menulis, banyak kelas belajar menulis dibuka untuk berbagai usia, fiksi-nonfiksi, biografi, kelas editing, dan kelas berpikir kritis.
Jadi Terapis
“Saya menemukan kebahagiaan dari proses menulis, lebih dari sekedar berkarya, menulis bagi saya juga merupakan proses rilis emosi dan kegiatan terapis” ujar Aida.
Menurut pengakuannya, kegiatan menulis mampu menjadi sebuah self healing therapy (terapi pemulihan diri) dengan teknik writing healing therapy (menulis sebagai terapi pemulihan).
“Sudah lebih 10 tahun, saya menggunakan teknik menulis sebagai metode terapi saat mendampingi klien-klien saya dalam proses pemulihan trauma dan masalah mental lainnya. Digabungkan dengan teknik hypnosis, alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan” terang founder Maslamah Klinik itu.
Sebagai seorang Konselor Profesional, Aida pernah menjadi konselor di KEMENPPPA (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) dan NGO Ecpat Indonesia dalam mendampingi pemulihan terhadap anak-anak yang mengalami eksploitasi seksual.
Selain itu, dia juga seorang psychotherapist, mendampingi pemulihan trauma healing untuk kliennya yang mengalami trauma dengan teknik hypnosis clinis, menggunakan phototherapy dan tools lainnya.
“Saya juga mendampingi pemulihan mental anak-anak dan perempuan positif HIV bersama dengan Yayasan Permata Hati Kita di Bogor, mengedukasi circle, penderita, lingkungan dan keluarga sebagai bentuk pencegahan dan penurunan jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia,” pungkas Aida dalam obrolan singkatnya dengan saya, jurnalis mediaaceh.co.id.(Maslow Kluet)
Comments
Post a Comment