Pasangan Kembali
Pada moment sapa seorang teman lama, kau bercerita banyak hal. Apa saja? Tentang "Bajingan"-nya dirimu, tentang pertualangan yang melebihi penaklukan perang Aceh melawan Kaphee Belanda 1873-1942. Semua orang meragukanmu, ya wajar.. ulah laku yang sudah memakan tahun ke sepuluh itu, hanya akulah yang memiliki data lengkapnya. Yang lain ada yang tahu kah? hanya sebagian, tidak selengkap aku. karena lainnya tidak akan siap mendengar kisahmu, mereka akan tantrum dan menghakimimu bukan main.
"Dari dulu, aku ingin kembali" katamu satu sore padaku.
"Tapi semua orang meragukanku, aku butuh teman yang tepat untuk kembali. Tanpa sedikitpun ragu" lanjutmu lagi.
"Kau tidak bisa memaksa seseorang percaya. Karena percaya itu diraih bukan diminta, mereka terlalu lama kau biarkan berada dalam ketidakadilan" jawabanku menyakitkanmu mungkin, tapi begitu adanya.
"Hanya aku yang yakin, dan selanjutnya itu kamu" ucapmu sembari menatapku.
Apapun ke depan sana, tidak ada yang pasti kan. Ketika seseorang pernah berkarakter sangat santun di masanya, apa hal yang membuat ia berubah? Apa yang membawa ia menjadi pribadi yang berbeda? Banyak alasan di dalamnya, banyak teori juga di dalamnya.
Bagiku, pernyataanmu itu adalah bagian dari perjalanan kembali. Lalu kau butuh seorang teman yang membersamaimu untuk kembali.
Kembali tidak bisa kusampaikan dalam sebuah definisi, mungkin akan menjadi sebuah hipotesa dari berkesadaran, karena hidup selalu mengalami dinamisasi, berlatih selesai, berlatih lagi, lalu berserah. Memaknai menjadi kepingan dan cermin, di situlah hendaknya kita berada. Menyusun mozaik dalam perjalanan kembali, meskipun akhirnya kita "kembali" akan sendiri. Namun, aku tahu.. kau butuh teman membersamai dalam dialog-dialog kembalimu.
Aku pun mengalami "kembali" pada titah jiwaku yang seutuhnya, sepertimu yang merasakan titah jiwamu yang sebenarnya. Kita telah melewati "keluar" mencari berbagai sumber inspirasi, pemantik-pemantik dari sebuah curiosity. Ada keinginan kita yang dulu "keluar" untuk mencoba banyak hal, memandu rasa-rasa penasaran, mencari hal-hal yang belum kita rasai. Namun, ternyata kita memiliki semuanya 'dulu' pada jiwa kita yang utuh.
So.. Mengapa tidak 'kembali' saja?
Ketika kau mengatakan "kembali" ada aku yang membersamaimu. Pengalaman kembali yang tak akan pernah kau temukan pada siapapun. Pengalaman siapapun yang membersamaimu, tak akan pernah sama dengan pengalaman yang kau mulai bersamaku.
Hanya aku kah yang bisa membawamu "kembali"? TIDAK.
Kamu kembali atas kebersadaran yang hadir dalam dirimu, karena telah lama abai pada jiwa yang sudah ada sebelumnya.
Menuju tahun tahun berikutnya..
Mari kita bergenggaman tangan.
Mari kita berpelukan.
Mari kita tetap bercerita di beranda rumah.
Kala usia menuju senja, kala waktu merenta.
Dan..
Kita tetap Pasangan "Kembali"
Jakarta, akhir 2023
Aida Ahmad.
Comments
Post a Comment