EXPECTATION VS REALITY
Pernah enggak sih denger ungkapan bahwa Expectation is Happiness Killer.
Sederhana saja ya. Saat kita beli barang di toko online, ternyata yg datang enggak sesuai ekspektasi. Akhirnya kita kecewa.
Trus ga boleh berharap dong? Boleh kok. Namun harus dimanage, jika tidak akan berakhir dengan kekecewaan.
"Bukan penolakan yang menyakitkan, tapi harapan kita yang terlalu tinggi"
Kenapa sih kita berharap berlebihan? Biasanya karena pemahaman kita sendiri. Kita menganggap bahwa orang-orang berbuat baik selalu dibalas kebaikan oleh Tuhan.
Aw.. wait! Di dunia ini enggak selalu adil Ferguso! Banyak kok orang-orang baik sakit kanker, istri/suami baik penuh dedikasi dikhianati, orang baik meninggal lebih awal. Artinya apa? Di dunia ini ga semua adil sesuai versi kita darling.
"Bad things happen to good people, all the time for any reason"
Kedua, kamu terlalu yakin bahwa semua orang bakal seneng sama kamu. Ini semacam utopia gitu, padahal kita enggak perlu loh dan ga mungkin membuat semua orang senang sama kita, tapi cukup membahagiakan orang-orang tertentu saja yang memiliki respect terhadap kita.
Ketiga, kita sok jadi Hero. Serasa bisa mengubah keadaan, padahal kita hanya bisa ubah pada satu dua bagian saja. We can't and shouldn't fix others. Satu-satunya yang bisa diubah adalah diri kita sendiri. Jadi, saat kamu ga bisa ubah sebuah keadaan, jangan lantas salahin oranglain karena merenggut kebahagiaanmu. Padahal satu-satunya sumber kebahagiaan ya milikmu sendiri.
Jadi manage ekspektasi ini dengan apa? Terima kenyataan dan bersikap lah lebih realistis, terlalu bawa perasaan kerap kali membuat kita lupa bersyukur dan akhirnya kecewa. Bahayanya saat kecewa kita mudah menyalahkan orang lain.
When you have expectation. You are setting yourself up for disappointment.
Loc. Ulhee Lheu-Banda Aceh.
Quantumate quality time.
Comments
Post a Comment