Mengapa Saya Belajar NLP?
Pernah tidak kita bertemu seseorang yang sepanjang waktu, ia selalu berada dalam segala hambatan. Saat ia bekerja di tempat yang baru, padahal bertemu dengan orang yang baru, tapi selalu saja dipertemukan dengan orang yang sama, pindah ke tempat yang baru atau bertahan di tempat yang lama, orang ini tetap bertemu dengan sosok yang berkarakter yang sama. Lalu, sampai pada satu titik tertentu, karena ia merasa polanya selalu sama, maka dia menganggap bahwa hidupnya “Sial”
Padahal, jika kita ingin mengecek lebih dalam, ada blocking di bawah sadar
seseorang yang menolak untuk menjadi seseorang yang beruntung. Pola berpikir
atau kerangka berpikirlah yang akan membuat seseorang menjadi apa yang dia
pikirkan. Bagi Hypnotherapist kami menyebutnya dengan "Servo" suatu kondisi dan keadaan dimana orang tersebut sudah pakem dan membentuk energi dirinya dengan situasi tersebut. dengan kata lain, jika servo gagal, maka kapanpun ia akan menemukan kegagalan, jika servo memikat, maka dalam kondisi apapun ia akan berperan memikat. Loh, kok gitu? emang bisa ya? ya bisa lah..
Mari
kita lihat contoh. Katakanlah di masalalu kita memiliki sebuah relationship
yang buruk dengan seseorang, karena kegagalan itu lalu kita memprogram pikiran bawah sadar kita, dengan kata yang sama “Bahwa semua laki-laki sama saja” lalu ketika kita
bertemu dengan seseorang yang baru di masa sekarang, karena kita sudah
melakukan program “Bahwa semua laki-laki sama saja” meski seseorang itu
berbeda, namun program bawah sadar kita mem-push seseorang ini menjadi sama
dengan laki-laki di masalalu. Getaran yang kita hasilkan ditangkap oleh sekeliling kita. Finally,
kita meraih kesimpulan yang sama, karena program bawah sadar yang keliru.
Jadi,
secara tidak sengaja, kitalah yang memaksa lingkungan mengikuti format dari
sejarah kita di masalalu. Inilah yang terjadi ketika seseorang selalu bertemu
dengan orang yang sama dan seolah-olah dengan karakter yang sama, karena kita
sendiri membawa sejarah masalalu dengan karakter dan pikiran yang sama. Kenapa pola ini bisa berulang, ya karena pikiran, badan dan lingkungan kita memiliki keterikatan satu sama lainnya.
Neuro
Linguistic Programme (NLP) ibarat kacamata yang kita pakai, jika kacamata yang kita pakai berwarna hitam,
maka semuanya akan tampak hitam, dan sebaliknya jika yang kita pakai berwarna
bening, maka yang tampak adalah bening, maka NLP (Neuro Linguistic Programme)
adalah bagaimana cara kita menilai sesuatu atau bagaimana cara kita melihat
sesuatu sesuai dengan kacamata yang kita pakai, kacamatanya siapa? Kacamata
orang-orang yang excellent di bidangnya masing-masing.
Sederhananya,
NLP mempelajari kecerdasan orang-orang di bidangnya, mulai dari cara berpikir, langkah-langkah,
apa yang mereka lakukan sehingga mereka achieve dengan apa yang mereka
capai. Jadi tentunya ada cara bersikap, ada cara berpikir, ada cara
berkata-kata dan ada cara merasakan, mengecapi sehingga dengan keseluruhan cara
itu, kita akan mencapai apa yang kita inginkan.
Belajar
NLP sama halnya, kita sedang belajar pada jalur percepatan untuk meraih hal
yang sama seperti mereka yang sudah achieve pada pencapaiannya. Bisa
jadi hasilnya berbeda-beda pada masing-masing orang, namun yang pasti kita
sudah berada pada jalur yang tepat, karena mereka-mereka yang sudah achieve
dengan apa yang ingin dicapai, tentunya sudah melewati banyak hal, penolakan,
lubang-lubang masalah, dan pada akhirnya menemukan solusinya. Karena pada
dasarnya, semua masalah yang kita hadapi hari ini, sudah ada yang melewatinya
lebih dulu, jadi wajarlah jika kita belajar kepada mereka yang sudah mengalami
dan melewati ujian itu dengan sukses.
Inilah yang dipelajari dalam NLP, sehingga saat kita
mengikuti Langkah-langkah apa saja yang mereka lakukan, artinya kita sedang
melakukan modelling yang sama untuk mencapai output yang kita
inginkan.
Sekarang
pertanyaannya, apa output yang ingin kita raih? Menjadi orang bahagia
kah? Menjadi orang yang tenang kah? Maka bergaulah dengan orang-orang bahagia,
bergaulah dengan orang-orang yang tenang, maka kita akan melakukan modelling
terhadap apa yang sudah dicapai masing-masing mereka, dengan harapan kita pun akan mendapatkan hasil
yang sama.
NLP
bisa dikatakan sebagai proses transfer ilmu structural kepada seseorang.
Artinya seorang praktisi NLP melakukan modelling kepada yang lainnya,
setelah ia mengalami apa yang hendak dimodellingkan kepada yang lain. Misalkan
saja, ketika ingin membantu seseorang dari rasa phobia dan cemas, artinya
seorang terapi sudah mengalami berkali-kali bagaimana menghilangkan phobia atau
trauma sebelum melakukan modelling kepada yang lain.
So,
untuk apa kita bisa belajar NLP? Jika setiap kita ingin meraih sesuatu yang
kita sebut “sukses” dalam versi kita masing-masing, maka NLP mengajarkan kita
untuk belajar atau modelling dari apa yang sudah dilakukan oleh mereka-mereka
yang sudah meraih “sukses” sesuai dengan versi yang kita inginkan.
Jakarta,
3 Oktober 2021
Aida
Maslamah, SP. M.Ikom., CH.,Cht., NNLP
How to make money from playing casino games using the Tipsters
ReplyDeleteThis guide will cover หาเงินออนไลน์ betting tips, tips, and other gambling tips. the tipsters 바카라 사이트 make money, and they make money from betting. 1xbet korean