MENGAPA ANAK DIJADIKAN ALASAN?
Seberapa sering langkah kita terhenti karena harus mengurus anak? Atau apakah kita menjadikan anak-anak yang kita lahirkan sebagai alasan atau penghalang untuk tetap beribadah dengan khusu'?
Beberapa kali waktu shalat di Masjidil Haram, saya sengaja memilih shalat diantara ibu-ibu yang membawa anak-anaknya. Saya amati mereka, saya perhatikan anak-anak mereka. Saya takjub bagaimana mereka membiarkan anak-anak mereka menyapa jamaah lainnya.
Masya Allah bayi-bayi, anak anak balita diajarkan agar cinta pada masjid, mereka berkenalan dengan jamaah yang lain, lalu sang ibu membaca Al-Quran, sambil menunggu waktu shalat selanjutnya, sang ayah membantu mengasuh balita. Saya menemukan kekompakan dalam hal mendidik yang Masya Allah (meski mungkin tidak semua keluarga melakukan hal yang sama)
Namun. Keluarga-keluarga yang saya temui di barisan Shaf Masjidil Haram adalah orangtua yang tak pernah menjadikan anak-anak mereka sebagai alasan untuk tidak ke masjid, untuk tidak belajar agama, bahkan mereka membawa anak-anak mereka ke masjid, shalat, tawaf, sai agar cinta pada ibadah.
Saya malu. Saya belajar itu dari mereka. Anak-anak yang tertib ketika shalat. Karena paham, ini saatnya menemui Allah, maka mereka diam sejenak mengikuti gerakan orangtuanya. Tidak ada anak-anak yang berteriak, kucar kacir, berlarian, bercanda. Mereka diam di tempatnya dan sebagian ikut belajar shalat. Ya Allahhh.. potret ini bikin iri.
Diam-diam saya berdoa...
"Ya Allah jadikanlah anak keturunan hamba menjadi golongan orang-orang shaleh, dan jadikanlah hamba orangtua yang mengajarkan anaknya lebih cinta pada agama-Mu daripada menyibukkan diri dengan segala pesona dunia"
Masjidil Haram
Sabtu, 29 Feb 2020
Aida Ahmad
Beberapa kali waktu shalat di Masjidil Haram, saya sengaja memilih shalat diantara ibu-ibu yang membawa anak-anaknya. Saya amati mereka, saya perhatikan anak-anak mereka. Saya takjub bagaimana mereka membiarkan anak-anak mereka menyapa jamaah lainnya.
Masya Allah bayi-bayi, anak anak balita diajarkan agar cinta pada masjid, mereka berkenalan dengan jamaah yang lain, lalu sang ibu membaca Al-Quran, sambil menunggu waktu shalat selanjutnya, sang ayah membantu mengasuh balita. Saya menemukan kekompakan dalam hal mendidik yang Masya Allah (meski mungkin tidak semua keluarga melakukan hal yang sama)
Namun. Keluarga-keluarga yang saya temui di barisan Shaf Masjidil Haram adalah orangtua yang tak pernah menjadikan anak-anak mereka sebagai alasan untuk tidak ke masjid, untuk tidak belajar agama, bahkan mereka membawa anak-anak mereka ke masjid, shalat, tawaf, sai agar cinta pada ibadah.
Saya malu. Saya belajar itu dari mereka. Anak-anak yang tertib ketika shalat. Karena paham, ini saatnya menemui Allah, maka mereka diam sejenak mengikuti gerakan orangtuanya. Tidak ada anak-anak yang berteriak, kucar kacir, berlarian, bercanda. Mereka diam di tempatnya dan sebagian ikut belajar shalat. Ya Allahhh.. potret ini bikin iri.
Diam-diam saya berdoa...
"Ya Allah jadikanlah anak keturunan hamba menjadi golongan orang-orang shaleh, dan jadikanlah hamba orangtua yang mengajarkan anaknya lebih cinta pada agama-Mu daripada menyibukkan diri dengan segala pesona dunia"
Masjidil Haram
Sabtu, 29 Feb 2020
Aida Ahmad
Comments
Post a Comment