Guru Kehidupan
foto dari sini |
Guru kehidupan, bukan hanya ditemui pada masjid-masjid, lewat
orang-orang yang sudah melintasi banyak benua. Namun, sangat mungkin dijumpai
pada pinggiran rumah, lewat celotehan anak-anak. Atau ditemui pada
pundak-pundak yang tersungkur dalam takdir Allah.
Hari ini, basecamp Maslamah Foundation dikunjungi seorang guru
kehidupan, want lembut-lewat paruh baya menyambangi kami dengan raut wajah
yang risau, ia masih mengulum senyum, meski saya tahu, ada luka yang belum
kering di sana, bahkan menganga demikian dalam.
Wanita yang pernah berada di puncak karir tertinggi, bankir
dengan kemewahan melimpah, kini hanya berbalut pakaian hitam tanda kedukaannya.
Tak cukup kehilangan harta karena dijadikan tumbal keserakahan
duniawi manusia, ia juga harus berpuluh kali melapangkan dada, meluaskan harap
dan menjernihkan pikiran tatkala anak-anak dan suami ikut pula meninggalkannya.
Sebatang kara hidupnya tanpa topangan pembalut jiwa. Punah sudah semua harap,
hilang sudah semua damba. Pegangan satu-satunya pada Ilahi pemberi ujian ini,
ucapnya pada tetes-tetes kehilangan yang terus mengalir di pipi.
Saya terenyuh, hati saya ngilu. Ingat ketika Ayahanda
mengatakan, siapapun yang mengejar-ngejar harta, satu saat ia akan diambil
kembali, siapapun yang berlomba-lomba pada pangkatnya, tak akan ada yang abadi.
Pada puncak tertinggi posisi seseorang, ia akan turun, namun akankah perlahan
atau terjun bebas? Yang pasti semuanya akan turun dengan baikkah atau
sebaliknya. Namun, itu bukan sebuah ketakutan, bagi jiwa-jiwa yang berserah
diri.
Allah mempertemukan ummat-Nya dengan banyak cara, hari ini guru
kehidupan menemui saya, di antara senyum yang tertahan, tangis yang masih
menyala, beliau katakan kepada saya,
“Mba Aida, saya mau bantu apapun untuk adik-adik yatim dhuafa di
Rumba Maslamah Foundation, saya ikhlas membagi ilmu saya dengan sukarela”
Wanita yang sedang dirundung duka ini, bukan tak tahu jika
nasibnya saat ini luntang lantung, berpindah dari kosan satu ke kosan harian
yang lain, menjadi kuli laundry hingga cleaning service, namun masih berpikir
untuk menjadi relawan dan siap membantu yatim dhuafa.
Saya menatapnya berulang kali, menggengam tangannya, wahai ibu
yang berwajah syahdu, Allah sedang memelukmu, menyayangimu, dengan cara yang
tak terduga.
Siang ini, ruang baca Maslamah Foundation, tiba-tiba senyap.
Comments
Post a Comment