SURAT IZIN LELAH
sumber ilustrasi |
Pernah tidak
merasa bahwa suatu hari kita berada pada titik yang teramat jenuh. Titik di
mana terlalu banyak informasi yang masuk ke kepala setiap hari, tekanan-tekanan
yang berasal dari luar dan dari dalam diri sendiri juga memaksa kita untuk
menghela nafas lebih panjang, mengurai pikiran yang sedang kusut sementara
waktu.
Banyak
sekali motivator-motivator dan para therapis pikiran positif yang mengatakan
bahwa siapa pun dari kita berhak bahagia, dan siapa pun dari kita harus selalu
bahagia.
Setelah saya
pikir-pikir lagi, bahagia, hidup tenang, sukses dan apa pun yang namanya
berhasil adalah hak semua orang. Sama halnya dengan hak seseorang memberikan
pendapat dan gagasannya, hak untuk sukses dan hak untuk bahagia pun sama
posisinya.
Namun,
ketika punya hak untuk merasakan kebahagiaan, dengan dasar penciptaan manusia
yang diarahkan untuk bahagia dunia dan akhirat dalam banyak dalil Al-quran, apa
lantas kemudian kita tidak punya hak untuk merasa lelah, capek, dan sementara
waktu, bahkan dalam hitungan menit pun apa lantas kita tidak berhak untuk
jenuh?
Setiap hari
ada sekitar 400.000 informasi yang masuk ke kepala kita. Jika sebagiannya
berisikan hal-hal yang menyebalkan, lalu sisanya hal-hal yang menyenangkan, apa
lantas kita dalam sehari ini tidak boleh merasa uring-uringan?
Dalam
beberapa bulan ini pikiran saya memang sedikit lebih crowded, ada tekanan dari diri sendiri untuk melakukan banyak hal,
ada keinginan-keinginan dan memberikan sesuatu yang cenderung agak
perfectionis, saya pikir itulah salah satu kelemahan saya, perfectionis sering
kali menjadi mudah down ketika harapan dan pencapaian itu sedikit bergeser.
Ketika saya
memaksakan diri untuk terus fokus atas apa yang sedang saya kerjakan, saya
semakin tertekan, saya sulit sekali rileks dan lalu memejamkan mata sejenak,
merasakan kehadiran nafas saya, detak jantung saya dan setiap sentuhan angin
yang mungkin bisa menyadarkan saya bahwa saya real, saya sedang sadar bukan
sedang tertidur.
Filosofi dalam dunia sufi mengatakan bahwa
kita terlahir dalam keadaan tidur, kita hidup dalam keadaan tidur, namun
setidaknya kita harus terbangun sebelum mati.
Saya merenungi makna kalimat
itu, sebenarnya menyadarkan kita bahwa dalam keseharian kita beraktivitas
sering kali dalam keadaan tidak sadar. Menerima telepon, bahkan sedang makan
sambil mengerjakan yang lain, ternyata kita dan memang kenyataannya kita
“tertidur” saat hidup ini sedang berjalan.
Overload informasi yang masuk setiap hari
ke kepala sering kali membuat saya lelah, efek yang lebih parah dari itu adalah lupa, dan sekarang ditambah stamina yang
mulai menurun dan to do list membuat kepala dan hati saya sedang berdebat
panjang. Ada pengurangan nilai pengharapan yang saya kira harus dipahami setiap
orang saat menjalani hidup dengan berbagai rupa keinginan dan cita-cita.
Nilai pengharapan 70 persen dan kesalahan
30 persen adalah proses pembelajaran yang luar biasa bagi siapa pun, karena
kenyataannya kita semua tidak pernah berhenti untuk “bertumbuh”
Jadi, hari ini jika sedang sangat lelah,
minta izin saja pada Tuhan yang Maha Baik…”Tuhan…Tolong aku, aku sedang lelah”
atau dengan kata lain, rasakan bahwa kita tidak sedang tidur, melafazkan dzikir
di hati dan mulai merasakan setiap nikmat dari setiap tarikan nafas, inshaa
Allah ada kekuatan baru untuk belajar dari 30 persen kesalahan dan kekurangan,
sehingga hidup ini lebih indah untuk dinikmati.
sumber ilustrasi |
Wallahu
A’lam bis shawabb.
Jakarta. Sevel, Bintaro 1
Pukul 10.55 wib
Aida,M.A
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMemang apa yang kita alami sadar atau tidak sadar sejatinya kita dalam keadaan tidur.
ReplyDeletesebenarnya dalam diri kita ada 3 alam yaitu :
1. Alam Sadar (padahal kita tidur)
2. Alam bawah sadar, kita seperti bermimpi (padahal kita tidur)
3. Alam atas sadar (inilah sejatinya hidup)
Alam atas sadar ini semua orang akan melaluinya, biasanya pada saat sakratul maut.
Kaitannya dalam kehidupan setiap manusia mempunyai 3 diri :
1. Diri Jasadi
2. Diri Nafsani
3. Diri Rohani
Manusia yang mampu selalu mengaktifkan rohaninya maka dia tidak akan pernah tidur, Ini yang dimiliki Rasulullah SAW.
Luangkan waktu buat benar-benar menikmati hidup mbak ;) mengunjungi tempat wisata alam misalnya. Kesibukan yang membuat kita merasa dikejar deadline memang cenderung membuat kita merasa kehilangan waktu untuk santai, tenang dan benar-benar bahagia.. Sebaiknya sih memang seimbang ya mbak, pekerjaan, waktu bersama keluarga, waktu untuk me time, sehingga gak hanya berat di satu sisi :)
ReplyDeleteterimakasih kak..ini sangat bermanfaat..
ReplyDeleteSalam,
Asti :)