Memoar Sebuah Titik
Gambar dari sini |
Itu memang titik. Kukira cukup
setitik namun ternyata sudah tercipta dari sejuta titik. Aku menampung hanya setitik namun tanpa kuduga kau menorah
sejuta titik lagi dengan sangat baik.
Ini memang hanya setitik. Namun apa
kau tahu apa makna sejuta rasa dalam setitik air mata? Membuat moment ini tak
terbetik hingga kuberdiri pada dentingan detak yang tak mengenal detik.
Rasa ini berawal dari setitik.
Sementara hatimu akumulasi dari banyaknya titik dan koma. Jika dia adalah
“koma” di dalam hatimu, sebuah koma yang tercipta dari sebuah titik yang
meregang bersama waktu.
Lalu aku? bolehkah aku meminta,
hanya menjadi titik di hatimu? Sebuah titik pada detik ini, detik nanti. Hanya titik yang tak pernah berubah menjadi
koma meski disulut detik didesak waktu.
Jakarta, 30 Maret 2014
Pukul 17.08 WIB
Aida, M.A
Comments
Post a Comment