Yuk Menabur Bahagia Lewat Buku
RUMAH BACA PUSTAKA ILMU |
Sebenarnya, apa yang paling membahagiakan
dalam hidup ini? Mungkin jawabannya akan beraneka ragam, ada yang ingin segera
menemukan pasangan hidup dan bahagia seperti cerita dalam dongeng ala princess,
atau ingin karir yang cemerlang karena sedang meretas usaha yang baru saja
bergerak, ada pula yang ingin anak yang sehat, cerdas dan sebagainya.
Tapi sepertinya ada sebuah
kesepakatan bersama, bahwa salah satu kebahagiaan yang tak mampu ditukar dengan
hal apa pun yaitu saat kita berhasil membantu seseorang sesuai dengan apa yang
ia butuhkan. Benar, kalimatnya membantu
sesuai dengan apa yang ia butuhkan. Karena seseorang yang dibantu sesuai
dengan kebutuhannya seperti merasakan syurganya saat itu juga.
Sebagai pengandaian, katakanlah seseorang yang tajir
terdampar di sebuah pulau, ia punya uang ratusan juta mungkin milyaran dalam
kartu bank yang berjejer di dompetnya, tapi untuk keluar dari pulau tersebut,
kartu-kartu tadi tentu saja kehilangan fungsinyanya karena hal pertama yang ia
butuhkan hanya sebuah perahu nelayan yang mau membawanya ke daratan, ketika
seorang nelayan kebenaran lewat dan ternyata mau membawanya ke daratan, apa
yang kemudian dirasakan si tajir ini? BAHAGIA, dan itu juga yang dirasakan oleh
si nelayan, BAHAGIA.
Cara mendatangkan bahagia itu punya banyak cara, ibarat
banyak jalan menuju Roma, maka banyak jalan menuju bahagia dengan memberikan
bantuan, salah satunya membantu anak-anak yang gemar membaca dengan menyediakan
fasilitas buku.
Anak-anak kumpul sore dan berlatih soal-soal matematika |
Dari dulu, dulu itu kapan? Dulu sekali, saya sangat ingin
mempunyai pustaka pribadi di rumah, pustaka yang bisa dipanjati dan dikelilingi
oleh anak saya Nazira seperti saat saya kecil dulu di pustaka ayah saya.
Semakin kemari keinginan saya itu semakin besar, saat murid-murid saya
terkadang suka datang ke rumah dan duduk di pojok rak-rak buku saya yang mulai
berhimpitan karena belum mendapat rak yang baru (huhuhu) keinginan itu semakin
kuat, dan membuat saya semakin antusias saat banyaknya didirikan rumah-rumah
baca oleh teman-teman pencinta buku.
Minggu, 27 Oktober lalu, saya berkesempatan datang di
sebuah Rumah Baca di kawasan Marga Asih, Bandung. Namanya Rumah Baca Pustaka
Ilmu atau disingkat RBPI sudah berdiri sejak 5 Desember 2005 lalu, dan memiliki 3 ribuan koleksi buku. Foundernya, Kamiluddin Azis, atau saya biasa panggil
dia Kang Aming. Perkenalan saya dengan Kang Aming saat saya diundang mengisi
acara sharing kepenulisan di grup Inspirasiku di Facebook. Nah, sejak saat itu
saya mengenal Kang Aming , ternyata bapak yang juga sudah menerbitkan novel ini
adalah sosok yang philantropy sejati.
Coba bayangkan saja, di rumahnya yang mungil, dengan tiga
orang anak, ruang yang semestinya digunakan untuk menerima tamu digunakan
sebagai ruang pustaka, berjejer rak-rak buku yang nyaris menyentuh genteng
rumah. Lalu bagaimana dia menerima tamu-tamunya? Sepertinya beranda depan
digunakan untuk menerima siapapun yang berkunjung ke rumahnya, beranda depan
itu beralaskan karpet berwarna biru, ada pagar hidup yang dipotong rapi
berbatasan langsung dengan jalanan komplek.
Saya pikir tidak banyak orang yang mau rumahnya direcoki
dengan anak-anak yang datang berkunjung tanpa mengenal waktu. Bisa jadi saat
istirahat akan terganggu karena ada anak-anak yang mengetok pintu, kepingin
baca buku. Atau tidak banyak orang yang mau rumahnya leluasa dibiarkan begitu saja orang-orang dengan
mudah keluar masuk ke dalam rumahnya, apalagi di kota-kota besar, yang masih
rempong dengan urusan privacy.
Saya bahagia bisa hadir di sini, bertemu Kang Aming dan
Istrinya yang sangat hangat menyambut saya, ada volunteer-volunteer juga yang
ternyata sebagian besar masih mahasiswa, anak-anak muda yang sengaja
menghabiskan waktu mereka untuk kegiatan sosial, saya kira istilah muda
hura-hura dan tua masuk surga sudah jauh ditinggalkan di belakang, bagaimana
mungkin muda hura-hura tuanya bakal masuk surga? Karena orang yang memanen
tentu sudah menanam terlebih dahulu.
Prinsip anak muda keren saat ini, selagi muda menuai banyak
ilmu, melakukan banyak kegiatan positif, dan berani menantang diri sdri,
melakukan inovasi-inovasi baru sehingga saat umur mereka belum menyentuh angka
30 tahun mereka sudah menjadi orang-orang hebat negeri ini, sudah banyak
contohnya, @kangrendy (motivator muda), Reza Nurhilman president Mak icih, yang keduanya masih berumur 25-26 tahun (wow!),
dan masih banyak contoh lainnya.
Kenapa kali ini saya bercerita tentang RBPI? Karena saya
berkesempatan mengunjungi Rumah Baca ini tanggal 27Oktober lalu, jika ada Rumah
Baca lainnya, insha Allah dengan senang hati akan saya kunjungi juga.
Volunteer RBPI |
Ada tiga hal besar yang saya bagi saat berkunjung ke RBPI
terutama untuk volunteernya yang sebagian besar sangat antusias dengan yang
namanya menulis, mungkin harapan mereka sama dengan saya, ingin ide-ide mereka
dibaca orang lain, Alhamdulillah lagi kalau sampai terinspirasi.
Tiga hal ini bukan hal yang baru, saya hanya mengingatkan
siapapun yang berniat dan masuk ke dalam dunia menulis setidaknya harus
melakukan tiga hal ini.
a.
Silahkan mencari tahu semua tips menulis dari
guru mana pun, bahkan dari professor sekali pun, simpan semua tips-tips itu di
kepalamu lalu mulailah menulis. Jangan terlalu sibuk ikut pelatihan ini itu,
karena konsep utamanya tetap saja action. Jika ada 1000 syarat menjadi seorang
penulis, maka 998 nya adalah Action, selebihnya teknis.
b.
Untuk menumbuhkan semangat salah satu caranya
adalah komunitas, RBPI sebagai penyemangat untuk banyak membaca, lalu cari lagi
komunitas penulis yang bisa menambah semangat menulis, menumbuhkan cemburu
untuk bisa ikut berkarya, bukan komunitas yang setiap saat mengeluh dan
mengeluh lagi bahkan sebelum memulai pun.
c.
Tidak ada kata “sempurna” untuk pekerjaan
pertama. Bahkan pekerjaan yang sudah dilakukan 100x saja tidak akan luput dari
kekurangan, jadi lakukan saja… perbaikan-perbaikan akan terlihat menjadi lebih
baik seiring konsistensi penulis untuk terus melatih dirinya.
Tak terasa waktu saya berkunjung di RBPI hanya satu jam
setengah, setelah ngobrol sana sini, kenalan-kenalan segala macam akhirnya
memang hanya 3 point tadi yang bisa saya sisipkan untuk sahabat-sahabat
volunteer di RBPI. Namun saya cukup bahagia, karena antusiasme para relawan dan
semangat mereka untuk sama-sama menghidupkan RBPI bersama Kang Aming, sebagai
foundernya sangat luar biasa.
Menurut kang Aming, untuk menambah gairah dan menularkan
semangat cinta buku untuk lingkungan sekitarnya, pada tanggal 16-17November
2013 nanti sekaligus memperingati tahun baru Hijriyah dan hari pahlawan, RBPI
akan mengadakan lomba story telling,
mewarnai, dan membaca puisi. Wahhh… seru! Sayangnya saya tidak bisa hadir di
acara ini karena berbarengan dengan launching buku bersama sahabat penulis di
Jakarta.
Selama perjalanan pulang, saya menyadari satu hal, bahwa
dalam hidup ini bukan hanya perkara bahagianya saat kita mendapatkan sesuatu
yang sangat diinginkan, namun juga bagaimana menebarkan manfaat dari apa yang
kita dapatkan untuk dibagi dengan sesama, dan itu ternyata jauh lebih
membahagiakan.
Saya dan sebagian Volunteer |
Selamat untuk Kang Aming dan sahabat-sahabat muda volunteer
RBPI, sungguh bahagia bertemu kalian dan semoga semakin banyak Rumah Baca-Rumah
Baca di luar sana dengan volunteernya yang juga luar biasa.
*****
Jakarta, 30 oktober 2013
Pukul 11.56 WIB
Aida,MA
Terima kasih Mbak Aida, sudah berkenan mampir di sela-sela kesibukannya road show di radio-radio. Salut untuk kebaikan dan kerendahan hati Mbak Aida. Saya senang dan bangga bisa mengenal dan menjadi teman bagi Mbak Aida. Terima kasih juga sudah berbagi tips dan ilmunya. Sangat menginspirasi dan memotivasi pastinya...
ReplyDeleteSama2 kang aming...ada Yg nnnya nih. Nerima buku bekas Engga kang?
Deletebuku adalah sarana ilmu yang tak pernah mati,,dan rumah baca salah satu solusi mendekatkan diri dengan buku kepada masyrakat yang jauh dari perpustakaan..di makassar juga ada beberapa rumah baca yang dikelola oleh warga...
ReplyDeletebtw-aku juga lagi buat GA, dicari 32 orang blogger yg suka nulis dan corat coret untuk jadi pemenang buat dapatkan gift unik dari Makassar, Tana Toraja dan Martapura Kalimantan Selatan.....salam :-)
Sipppp ma's hariyanto
DeleteAku dari dulu juga pengen sekali bisa memiliki rumah baca bagi anak2 sekitarku... tapi sampai sekarang belum terwujud juga...
ReplyDeleteTerus terang membaca tulisan mbak Aida ini aku jadi iri dengan Kang Aming, apalagi di rumah bacanya ada juga volunter2 yang siap membantu anak2 yang datang dan belajar disana.
BTW.. itu rumah baca menerima sumbangan buku bekas ga ya mbak?
Komunikasi Sama kang aming ya mba reny. Di foto pertama ada no telponnya
Deletesebuah aktifitas yang sangat mulia, salah satunya adalah menulis. Memberikan ilmu yang bermanfaat
ReplyDeleteSalam Safety
Makasih mbak Aida. semangat menulis, semangat membaca.
ReplyDelete