PERAYAAN DAN BERSYUKUR
Dalam tradisi keluarga saya tidak pernah ada yang namanya
perayaan ulang tahun, dari kecil saya tidak pernah mengalami yang namanya
meniup lilin dan memotong kue ulang tahun. Namun kebiasaan itu diganti dengan
syukuran setiap kali mulai bisa baca Al-qur’an dan mengkhatamkan Al-quran.
Perayaan itu juga hanya dihadiri keluarga
dan tetangga saja. Ibu menyiapkan nasi kuning dan ayam gulai putih untuk kami
semuanya, dan Ayah membacakan doa untuk kami anak-anaknya terutama untuk anak
yang baru saja naik qur’an atau khatam qur’an.
Tanggal 27
Agustus kemaren umur saya bertambah 1, menjadi 31 tahun, usia yang sudah lewat
matang, jika dinilai dari jumlahnya. Sama seperti sebelumnya tidak ada perayaan
khusus, hanya saja sejak 7 tahun menikah, dalam keluarga besar suami saya
selalu ada acara makan bersama, salah satu cara membuat keluarga ini berkumpul
di tengah kesibukan masing-masing.
Saya memang
bukan tipe princess, yang merayakan
sesuatu dengan pesta, kue tar dan mendapatkan sebuket bunga. Tiga hal itu tidak
pernah ada dalam list keinginan saya setiap kali umur saya bertambah. Mungkin
karena didikan orang tua saya dari kecil yang melekat dalam, sehingga syukuran
hanya berlaku untuk naik atau khatam quran saja.
Lingkungan saya
dulu tentu berbeda dengan lingkungan anak saya sekarang. Walaupun teman-teman
saya banyak yang merayakan ulang tahun dengan pesta, tapi saya tidak pernah
cemburu untuk merayakan hal yang sama. Jaman sekarang, hampir semua anak TK dan
remaja merayakan ulang tahun jika tidak di sekolah ya di restoran atau di
rumah. Memang tidak ada yang salah dengan sebuah pesta, namun saya selalu
menekankan pada anak saya “Kita boleh bikin acara makan-makan di sekolah
berbagi bahagia dg teman-teman, tapi kita tetap harus infaq ke pesantren dan
berbagi bahagia dengan kakak-kakak santri yang kebanyakan yatim piatu dan fakir
miskin”
Perayaan
memang merupakan bagian dari syukuran, namun bersyukur tidak selalu dirayakan
dalam bentuk tertentu. Berbagi kebahagiaan memang dianjurkan dalam Islam, jadi
memang tidak ada salahnya mengundang sanak saudara, sahabat-sahabat untuk
merayakan dan mensyukuri sesuatu keberhasilan atau pencapaian terhadap sesuatu.
Sebagian mengatakan bahwa jika ingin beramal
juga tidak perlu tunggu sebuah moment tertentu, kalau mau beramal ya beramal
saja. Namun saya berada pada garis tengah saja, memang tidak ada ketentuan
kapan harus beramal, karena anjuran beramal adalah setiap saat.
Namun jika dihubungkan dengan sebuah pesta
yang membutuhkan 5 juta mungkin jumlah infaq yang kita keluarkan sebelumnya
adalah 3x nya atau minimal sama dengan jumlah yang kita keluarkan untuk sebuah
pesta hari ini.
Moment ulang tahun hanyalah gong awal
untuk terus beramal dari hari ke hari, mengumpulkan banyak amalan sejak usia
ini bertambah, karena biasanya setiap ulang tahun kita selalu membuat list
pencapaian, mungkin salah satunya list berbagi dan semakin banyak menambah
amalan.
Silahkan
saja memilih mana yang lebih nyaman dilaksanakan. Namun jika bertanya pada
saya, dan pada sebagian besar orang-orang yang merayakan moment tertentu dengan
berbagi pada orang-orang yang kurang mampu. Manakah yang lebih membahagiakan
sebuah pesta atau berbagi rezeki dengan orang-orang yang membutuhkan? Maka saya
akan menjawab 10x rasa bahagia itu rasakan ketika saya berada di tengah
anak-anak yatim piatu dan fakir miskin yang tersenyum bahagia sambil mendoakan
saya.
*****
Jakarta, 28 Agustus 2013
Pukul 12.55 WIB
Aida, MA
Comments
Post a Comment