KETIKA SAYA 30 TAHUN
Saat umur saya 20 tahun saya pernah berpikir apa yang terjadi
saat umur saya 30 tahun? Menjadi seperti apakah saya? Keren kah saya? Atau
cemen kah saya? Mengingat 10 tahun lalu,
bisa dikatakan saya ini hanyalah remaja dengan stock percaya diri yang sangat
minim.
Hari ini
saya mengingat-ingat lagi apa yang sudah saya capai sampai dengan saat ini,
sampai dengan umur saya yang sudah kepala 3 “Welcome to 30’s club”. Yukkk kita
kulik satu-satu ya.
a.
Prestasi
Sebenarnya dalam keluarga saya selalu
diajarkan berkompetisi. Kakak saya penghafal Quran 30 juz, adik saya juga
berprestasi di olimpiade Fisika. Sejak umur 10 tahun saya pernah beberapa kali
ikut lomba tilawah Qur’an, meski tidak sampai tingkat nasional, saya cukup puas
saat itu sudah ikut tingkat propinsi Aceh. Sekedar tampil dan bisa membacakan
Alquran dengan sangat baik saja sudah satu kebanggaan buat saya.
Saat kuliah, saya menyelesaikan kuliah
sebelum batas akhir penyelesaian sarjana. Saya menyelesaikan sarjana saya
selama 3,5 tahun, umur saya saat itu belum genap 22 tahun, lulus dengan
predikat cumlaude di fakultas pertanian.
Namun entah kenapa, makin kemari saya justru
merasa belum memiliki prestasi yang sangat wow, hanya mendapat the best achievement dari perusahaan
Australia tempat saya pernah bekerja dengan appraisal
smart worker.
Pemenang Utama di Biovision |
Awal tahun 2011, prestasi yang baru muncul
lagi. Alhamdulillah saya dua kali dinyatakan sebagai pemenang terbaik lomba
menulis kumcer di penerbit leutikaprio, juga terpilih sebagai pemenang naskah
pilihan novel remaja di Bentang Pustaka dan pemenang utama lomba menulis untuk
guru di Biovision dan Nulisbuku. Prestasi ini pula yang kemudian membuat
beberapa portal mencantumkan profil saya.
Prestasi yang sudah cukup lumayan buat saya saat itu, mengingat
sebagian besar kegiatan saya setelah menikah banyak saya habiskan bersama anak
di rumah dan murid-murid saya di sekolah.
b.
Menulis
dan Menerbitkan Buku.
Seumur-umur saya tidak pernah bercita-cita
menjadi seorang penulis. Kata penulis belum tersentuh dalam pikiran saya saat
itu. Saya hanya tahu ayah saya suka menulis dan mencintai buku. Ternyata apa
yang dilakukan ayah saya juga menulari saya.
Sebagian buku saya yang sudah terbit |
Saya menyukai dunia menulis ini sebenarnya
sudah cukup lama walaupun tidak pernah ingin berprofesi sebagai penulis. Saya
ingat-ingat lagi, karya ilmiah pertama yang saya tulis itu saat saya masih
duduk di SMP, saya mewakili sekolah saya
untuk ikut lomba menulis karya ilmiah remaja.
Meskipun tidak berniat serius, kegemaran saya
menuangkan banyak hal ke dalam tulisan itu biasanya saya hadirkan dalam bentuk
prosa atau puisi saja. Bahkan dulu saya lebih suka berkomunikasi dengan orang
lain lewat surat dalam bentuk paper, sebelum saya menggunakan email.
2010 saya mulai menulis di blog dan scribd.
Ternyata tulisan saya di infobunda.com banyak diminati pengunjungnya yang
sebagian besar adalah ibu-ibu. Sampai akhirnya tulisan-tulisan di blog itu
dijadikan buku yang berjudul “YA ALLAH BERI AKU KEKUATAN”
YA ALLAH BERI AKU KEKUATAN |
Sampai dengan tulisan ini saya tulis, Alhamdulillah
saya sudah menerbitkan 7 buku, insha Allah tahun ini bertambah 2 buku lagi yang
akan terbit.
c.
Mengajar
Sebuah cita-cita yang mulia sepertinya saat
ilmu yang kita punya bisa dibagikan kepada orang lain. Saya tidak pernah
mengira saya akan menjadi seorang guru di sebuah SMP Boarding School. Karena
basic saya sarjana Pertanian, ilmu mendidik dan parenting semata-mata saya
pelajari dari membaca buku dan menjadikan murid-murid saya sebagai sahabat.
Alhamdulillah ini sudah tahun ke-empat saya berbagi ilmu dengan anak-anak SMP
sekaligus menjadi teman curhat mereka di saat galau (heheheh)
Bersama murid-murid saya |
Selain mengajar di SMP, saya juga dipercayai
mengajar kelas novel di Rumah Pena Tangerang. Yang mau bergabung silahkan
(heheheh)
d.
Menjadi
Pembicara
Salah satu hal yang terjadi ketika seseorang
memilih menjadi seorang penulis, maka bersiap pula untuk menjadi pembicara atau
pemateri. Bukan hanya talkshow di radio-radio saja, tapi juga diundang di
beberapa komunitas, meski bukan berada dalam lingkup yang sangat besar, setidaknya
pilihan menjadi seorang penulis mengajarkan saya untuk menjadi pembicara dan
pemateri yang harus menyenangkan pula.
Temu Pembaca -Penulis Bentang Belia di Jakarta Bookfair |
Berbagi Tips menulis di YIC-Convis Aceh |
Bersama Panitia Bedah Buku KCHP FKIK-UIN Syarif Hidayatullah |
Bersama Komunitas @IloveAceh #SunsetinWehIsland |
e.
Memiliki
Hati Yang Baru
Point terakhir ini mungkin tidak ada wujudnya
hanya bisa dirasa oleh saya sendiri. Tahun ini adalah itikaf terlama yang saya
lakukan, proses pendewasaan yang engga ada habisnya. Di usia yang sudah kepala
tiga ini justru semakin menguatkan pemahaman saya bahwa segala pertemuan ada
tujuannya, bagaimana rasanya menahan marah di tengah kemelut perasaan, dan
menyerahkan segala sesuatu pada yang Maha Kuasa, ketika sesuatu tak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Sejujurnya dulu saya orang yang agak ngeyel,
kalau ingin sesuatu saya akan kejar bagaimana pun caranya dan itu biasanya
berhasil. Namun karena beberapa kejadian sebelum usia saya bertambah, saya
sempat marah pada Allah dengan pertanyaan kenapa harus saya? Ternyata semakin
saya bertanya semakin saya tidak merasa puas. Sekarang saya sudah memutuskan
untuk menata kembali list keinginan saya, tapi tentu tetap dengan usaha yang
maksimal, namun tidak memaksakan segala sesuatu lagi. karena saya yakin Allah sangat tahu apa yang
terbaik untuk saya.
Jakarta,
29 Agustus 2013
Aida,
MA
Wah, pencapaiannya saat umur 30 tahun luar biasa ya?
ReplyDeleteSalut deh.
Alhamdulillah Masih dikasih kesempatan berkarya Mba. Meski engga muda lagi Hihihi
Deletekeren, mba aida. salut. jadi makin pengen ngejar ketinggalan nih :D
ReplyDelete