GA-BAW Be A Writer +++
gambar dari sini |
“Untuk
kritik dan saran, silahkan kirim ke email ini…..”
Gambar dari Sinn |
Pernah kan
ya membaca kalimat bernada demikian? Baik di dalam sebuah buku, acara talkshow
atau kegiatan-kegiatan lainnya. Tapi pertanyaannya, apa benar saat kita menuliskan
menerima kritik dan saran dalam artian sebenarnya berarti kita menerima sebuah
kritik sama dengan kita menerima sebuah pujian?
Baik, saya
pending dulu setiap jawaban yang sekarang bercokol di pikiran kita
masing-masing.
Semua orang
di belahan bumi mana pun menyadari bahwa kontak sosial bukan hanya di dunia
nyata, akun-akun lini masa yang bertebaran memaksa siapapun mulai memiliki
kontak sosial kedua lewat layar monitor dan keyboard. Tak bertatap muka namun
mampu menghadirkan rasa, tak berjabat tangan namun mampu menghadirkan sayang. Lalu
apa hubungannya dengan pembuka tulisan ini? Tentu saja ada hubungannya.
Kritik dan
saran juga terjadi dalam dunia lini masa, dalam komunitas-komunitas yang
menjamur, dunia aksara yang tanpa penekanan nada, dengan mimic icon wajah yang
sangat terbatas mampu membuat seseorang bahagia, marah, sedih dan bahkan saling
bully. Kemungkinan untuk saling salah faham sangat mungkin terjadi.
Jadi, ketika
kita menuliskan “Untuk kritik dan saran
silahkan kirim ke….” Apa benar sudah setulus itu kita untuk dikritik?
Apalagi dikritik di dunia sosial lini masa yang kemungkinan salah faham-nya
jauh lebih besar. Saya yakin jawabannya akan bervariatif, meskipun saya jauh
lebih yakin bahwa kita secara pribadi sebenarnya kurang suka menerima sebuah
kritikan terutama yang bernada destruktif.
Saya percaya
bahwa seseorang berkembang lebih baik (sengaja saya tidak mengatakan “hidup”)
dalam balutan kalimat yang membangun, sebuah dukungan, dibanding berada dalam
kalimat yang menjatuhkan. Kalimat ini saya temukan di dinding sekolah setiap
kali saya mengantar anak saya yang masih TK ke sekolahnya. Bahwa seorang anak
jika dibiasakan dengan pujian maka ia akan percaya diri, jika dibiasakan dengan
kalimat positif maka ia akan menghargai orang lain, sebaliknya jika dicocoli
dengan kalimat ejekan, hinaan dan marah maka ia terbiasa menyalahkan diri
sendiri dan tidak percaya diri. Dan saya yakin ini juga berlaku pada seseorang
yang dewasa sekalipun, karena kita semua berawal dari anak-anak.
Saya pikir
ini menjadi aturan yang tidak tertulis dalam komunitas penulis Be a Writer www.bawindonesia.blogspot.com,
sejak awal pendiriannya hingga saat ini saya bergabung, selain dari ilmu yang
super banyak di sini, saya menemukan ada kebijakan dari cara bersikap untuk
meminimalisir perbedaan, mengungkapkan ide dan saran dengan santun di sini.
Memberikan komentar yang konstruktif bukan destruktif, karena sepertinya semua
orang di sini memasang kalimat di depan kepalanya masing-masing bahwa kritik
dan saran adalah alternatif pilihan bukan sebuah keharusan.
“Kalau mau nyampah, engga usah di sini!”
Saya sudah
pernah menemukan kalimat ini di beberapa komunitas lainnya, namun saya belum
pernah menemukan kalimat ini dalam BAW. Jadi, tidak mengherankan jika setiap
thread di grup ini hampir selalu ramai, karena saya merasa menemukan kedewasaan
dalam berpikir dan mengungkapkan pendapat di sini. Saya yakin karena aturan
yang tidak tertulis ini pula yang membuat BAW hingga saat ini masih selalu
ramai di setiap postingannya.
Saya berkembang
di sini, bersama penulis-penulis yang tidak semuanya bisa bertatap muka dengan
saya. Saya berkembang di sini, memacu diri dari prestasi-prestasi penulis yang
sangat memukau, dari keahlian-keahlian mentor yang sabar berbagi ilmu dan dari
semua anggotanya yang selalu tampak tulus memberikan semangat pada siapapun.
Saya berkembang di antara kritik dan saran yang diungkapkan dengan cara canda
dan tawa.
Namun bukan
berarti tidak ada kisruh dalam grup ini, rasa-rasanya sangat tidak mungkin
tidak ada perbedaan pendapat jika berada dalam
sekumpulan orang yang memiliki isi kepala yang beragam, berasal dari
cara didik yang berbeda, memiliki dialek yang tak sama, bahkan berasal dari
dalam dan luar negeri. Namun saya selalu menemukan satu hal setiap kali
kekisruhan itu berakhir, lagi-lagi dewasa dalam bersikap dan tidak
memperpanjang sebuah perbedaan yang dikedepankan dibanding harus saling ngotot
dan adu argumentasi.
Apalah
artinya sedikit perbedaan itu jika dibandingkan banyak hal baik yang saya
temukan di sini. Buktinya saya memang berkembang di sini, bahkan empat buku
saya lahir selama kurang dari dua
Sebagian keluarga BAW |
Selamat
untuk semua sahabat Be a Writer Indonesia untuk launching blog kita, semoga
kita semua menjadi bagian dari penulis-penulis Indonesia yang semakin
mengibarkan bendera kreatifitas, menghargai perbedaan dan berkembang bersama
dalam kebaikan dan kekurangan. Love u all.
Jakarta, 18 April 2013
Pukul 10.25 WIB
Aida, MA
jadi, boleh nyampah dong, mba aida? hihi :D asal dapet solusi ya :D
ReplyDeletesampah dibuang di tong sampah, jangan lupa ada yang organik dan an organik dan B3 xixixixi
DeleteBerkat baw vi bisa mengenalmuuu, mbak berjari lentik yang benar2 menari sehari 50 halaman....wowww
ReplyDeleteSilahkan dik, kalo mau nyampah,.. hehhee mantap tulisannya!
ReplyDeleteTerima kasih atas tulisan GA BAW, Aida.. suksess selalu :D
ReplyDelete