Right Girl On The Right Job (Resensi Film The Mistress, Tagalog Film)
Directed by
|
Olivia Lamasan
|
Produced by
|
Elma Medua
Malou Santos
|
Written by
|
Olivia Lamasan
Vanessa Valdez
|
Screenplay by
|
Vanessa Valdez
|
Story by
|
Vanessa
|
Starring
|
|
Music by
|
Von de Guzman
|
Cinematography
|
Hermann Claravall
|
Editing by
|
Marya Ignacio
|
Distributed by
|
|
Release date(s)
|
September 12, 2012
|
Running time
|
125 minutes[1]
|
Country
|
Philippines
|
Language
|
Tagalog
English
Taken from www.wikipedia.com
|
The Mistress,
film yang menggunakan bahasa pengantarnya Tagalog dan Inggris ini memiliki
judul yang sedikit kontroversi, The Mistress yang berarti wanita simpanan, bisa
langsung ditebak bahwa genre film ini dewasa, tidak untuk ditonton oleh remaja.
Ini adalah film Filiphina yang pertama saya tonton. Bahkan sebagian besar
pemainnya saya tahu kemudian sebagai top stars di Filiphina setelah melakukan
googling.
Kita mulai
dari plot yang ditawarkan oleh The Mistress. Saya pikir film ini dibuka sedikit
klise, dimana pertemuan Sari (Bea Alonzo) dan Eric (John L Cruz) di toko buku. Scene
awal yang membuat saya membenarkan kalimat bahwa laki-laki bisa jatuh cinta
lewat mata baru kemudian hati. Satu-satunya yang menarik di bagian opening
hanya wajah Bea Alonzo yang blasteran, karena memang memiliki ayah yang Brithis
dan ibu Filiphina membuat frame layar film terasa agak bening (heheh).
Penggambaran
dua tokoh utama dalam film ini juga biasa saja. Eric, anak laki-laki dari
pemilik perusahaan telekomunikasi di Filiphina, lulus di arsitek dan tidak mau
mengurusi perusahaan ayahnya, dan Sari, seorang cutter di sebuah tailor
ternama, namun berasal dari keluarga yang besar dan miskin.
Saya pikir menarik di sini adalah ketika
Eric yang jatuh cinta kepada Sari, yang ternyata menjadi wanita simpanan
ayahnya selama lima tahun. Tidak seperti gambaran wanita simpanan lainnya yang
berusaha mengeruk harta laki-laki kaya, hubungan yang terjadi biasanya karena
motif ekonomi. Tokoh Sari justru digambarkan di sini sebagai sosok “Angel” saya
yakin sebagian besar penonton akan bersimpati pada sosok yang seharusnya
“negative” tapi dijadikan sedikit berwarna “positif”. Tampilan yang berbeda
yang disuguhkan oleh Olivia sang sutradara.
Film ini menarik di bagian tengah,
bagaimana proses Sari jatuh cinta pda Eric dan sebaliknya. Rico (Ayah Eric)
yang selama ini menjadikan Sari wanita simpanannya ternyata memang jatuh cinta
pada Sari. Hanya saja ketidakwajaran nafsu banyak bermain di sini. Coba
bayangkan saja, satu wanita having seks bersama Ayah dan Anak dalam kurun waktu
yang bersamaan, inilah yang ingin digambarkan sutradara Olivia L Lamasan dalam
kisah cinta Sari, Eric dan Rico di sini.
Walaupun saya baru pertama kali melihat
acting Bea Alonzo dan John L Cruz dalam film ini, saya bisa memberikan mereka
berdua tiga bintang. Actingnya natural, tanpa beban dan memang pantas dijadikan
the best couple di Filiphina.
Jika saya boleh menghubung-hubungkan, saya
rasa Film ini sepertinya cocok
menggambarkan suasana politik Indonesia saat ini, topic “Gratifikasi Seksual”
yang sedang marak saat ini dengan wanita simpanan atau istri yang dinikahi di
bawah tangan.
Ada pergeseran
nilai yang terjadi dalam The mistress,
ketika penonton justru berusaha membela Sari dan itu juga yang terjadi pada
saya. Saya pikir Olivia ingin menyampaikan sebuah pesan tersirat bahwa jangan menilai
seseorang dari posisinya, tapi personalnya, seperti halnya Sari, wanita yang
baik tapi berada di posisi yang salah. Tapi belakangan saya berpikir bahwa setiap kita punya kemampuan untuk
memilih berada di posisi itu atau tidak. Syukurnya saya menemukan
pesan-pesan yang dinarasikan di bagian antiklimaks yang membuat Film ini layak
berada dalam barisan box office di Filiphina.
Jakarta, 8 February 2013
Pukul 10.10 WIB
Aida MA
Comments
Post a Comment