Teruntuk Wanita Yang Kunikahi
Teruntuk Wanita Yang Kunikahi....
Aku menuliskan kata demi kata ini ketika kau telah tertidur
pulas di samping dua mutiara cinta kita. Ku tatap wajah lelahmu, sebuah
dengkuran halus karena kelelahan, ku dengar di antara redupnya lampu kamar
tidur kita. Kutarik selimut kututupi tubuhmu yang melingkar kedinginan.
Lima tahun yang lalu aku menikahimu. Dipersaksikan keluarga yang
berurai air mata, diucapi selamat oleh sahabat dan keluarga yang bergembira dan
diberikan nasehat oleh orangtua dan para tetua agar kita selalu bersama.
Waktu terus bergulir tanpa meminta berhenti. Banyak hal yang
berubah dalam beberapa waktu. Mungkin tubuhmu yang tak langsing lagi, atau
kulitmu yang tak licin lagi, atau sapa dan perhatianmu yang berkurang ketika
sibuk mengurusi dua mutiara cinta kita. Namun aku masih tetap menatapmu dengan
tatapan yang sama. Tatapan pertama kali ketika kusebut namamu dalam Ijab dan
Qabul.
Malam ini aku sendiri, menikmati gelapnya sudut rumah kita.
Kunyalakan lampu pijar di sudut ruang tengah rumah. Sekilas dalam temaram ku
tatap photo walimahan kita yang terpajang rapi di dinding rumah. Ada rasa yang
membuncah di dadaku setiap kali ku tatap wajah kita di bingkai yang berukiran
itu.
Betapa ku sangat mencintaimu , rasa itu seperti air yang meluber
membanjiri hatiku. Begitulah cintaku padamu sepenuh hatiku. Cintaku masih
seperti dulu, cintaku masih memperhatikanmu, cintaku masih mengayomi, cintaku
masih membelaimu, cintaku masih menatapmu.
Hari ini ingin kukabarkan padamu bahwa hatiku semakin luas.
Hatiku semakin luas dari hari ke hari dari jam ke jam bahkan dari menit ke
menit. Tak sedikitpun rasaku padamu berkurang, tak sedetikpun perhatianku
padamu melemah. Aku masih mencintaimu sama seperti dulu sama persis seperti
yang kau rasakan juga hari ini.
Wahai Wanita Yang Aku Nikahi....
Kali ini sebuah rasa menghampiri hatiku. Aku mencintainya bukan
karena sesuatu yang kurang di dirimu. Aku menyayanginya bukan karena ada alasan
ini dan itu. Namun hati ini memang telah tertambat padanya, menaruh kata yang
lebih dari simpati, menaruh rasa yang lebih ingin memberi dan hatiku memang
memperhatikannya.
Janganlah kau ingin meninggalkanku karena sebuah rasa yang hadir
di hatiku ini. Janganlah kau mengabaikan cintamu padaku karena sebuah perhatian
yang kuberikan pula padanya. Hatiku padamu masih seperti dulu, rasaku padamu
masih tetap begitu. Ku mohon jangan cemoohi aku karena rasaku padanya.
Aku mencintaimu, aku mencintai anak-anak kita, dan aku juga
mencintainya. Bersabarlah dengan keadaan hatiku kini. Jika kau pergi sungguh
hatiku sangat menderita, jika kau memintaku untuk melupakannya, Pintalah pada
Yang Kuasa, karena rasaku padanya sebuah rasa yang murni dititipkan-Nya semata
tanpa pernah aku memintanya.
Wahai Wanita, Ibu dari Mutiara Hatiku....
Kini tlah kau baca kabar hatiku. aku memperhatikannya namun tak
mengurangi perhatianku sedikitpun padamu dan anak-anak kita. Aku menyayanginya
namun tak mengurangi sedikitpun rasa sayangku padamu dan buah hati kita. Aku
mencintainya juga tak mengurangi apapun dari rasa cintaku padamu.
Ku mohon tetaplah di sisiku, bersabarlah atas keadaan hatiku.
karena hatiku padamu masih seperti dulu bahkan tak berkurang sedikitpun.
Tetaplah selalu di sisiku, selalu menjadi wanita yang aku nikahi, selalu
menjadi ibu dari anak-anak kita karena aku akan selalu menjagamu dan buah hati
kita.
Salam
Aku, Suamimu yang selalu menyayangimu
Baca juga di sini
Comments
Post a Comment