Pojok Inspirasi
Akhir-akhir ini
setiap kali menonton telivisi atau dvd fokus saya selalu ke satu hal. Mata saya
betah berlama-lama menatap ke satu arah saja, lalu diam-diam di hati saya
menyusun doa, semoga suatu saat nanti saya akan punya yang seperti itu, dengan
jumlah yang lebih banyak dan ruangan yang lebih besar.
Saya menyebutnya dengan nama “Pojok
Inspirasi” atau ruang pustaka dan membaca. Berada dalam ruangan yang dipenuhi
buku dan suasana tenang, saya pikir inspirasi akan betah berlama-lama dalam
pikiran saya sampai saya menuangkannya kembali dalam bentuk tulisan.
Pojok Inspirasi idaman saya :)
Saat melihat ruang baca di beberapa
film, atau melihat ruang pustaka di beberapa rumah dalam acara Griya unik,
sempat membuat saya benar-benar iri setengah mati. Memiliki ruangan pustaka di
rumah seperti memiliki harta karun yang tak habisnya di mata saya. Setiap kali
ditanya apa hal yang paling saya inginkan saat ini, jawaban saya tak pernah
berubah semenjak dua tahun lalu, saya hanya ingin punya ruang pustaka sekaligus
ruang untuk saya menuliskan semua ide yang ada di kepala saya.
Keinginan memiliki pustaka dua tahun
lalu itu tak sekuat saat ini. Sekarang keinginan memiliki pustaka itu semakin
besar di kepala saya, saya terobsesi dengan itu, hampir tiap minggu saya ke toko
buku untuk memandangi rak-rak buku di toko buku, saya seperti berada di syurga
ide, melepaskan penat saya seharian di antara rak-rak buku di sana, lalu saya
pulang sambil tersenyum dengan membeli dua sampai tiga potong buku lalu berucap
dalam hati, bahwa buku ini akan menjadi penghuni pustaka saya suatu hari nanti.
Berada di antara buku sering memperbaiki mood saya
Keinginan saya itu semakin kuat
ketika santri-santri saya yang suka main ke rumah, betah berlama-lama di
pojokan buku-buku saya, mereka datang hanya untuk membaca buku, kebiasaan
mereka itu sekarang semakin memberikan efek positif lainnya. Beberapa dari
santri saya berkeinginan menulis buku karena melihat beberapa buku yang saya
tulis ikut nangkring di antara koleksi buku-buku saya.
“Bagaimana kalau di sekolah kita
buat penggalangan buku pustaka sekolah? Satu Hati Satu Buku” saran saya kepada
ketua Osis SMP Sabiluna Islamic Boarding School, tempat saya mengajar. Mengingat pustaka sekolah saat ini kurang
mendapat perhatian, baik dari segi perawatan dan jumlah buku yang ada di sana
sangat minim untuk menumbuhkan minat baca
anak-anak remaja. Padahal ruangan dan lemari untuk menyimpan buku-buku
masih banyak yang kosong.
Syukur Alhamdulillah, ide saya
disambut baik oleh direktur sekolah, setidaknya saat ini Osis SMP mulai bekerja
membentuk posko untuk penerimaan buku bekas dari semua pihak, walaupun belum
berjalan seratus persen tapi saya cukup bahagia bisa memberikan ide untuk
sekolah berdasarkan keinginan saya sendiri untuk memiliki pojok inspirasi di
rumah.
Enam bulan yang lalu saya menghitung
jumlah buku-buku saya, tak terlalu banyak, hanya sekitar lebih kurang 250 buku,
hampir semua buku itu berbentuk Novel, Motivasi, Psikologi, Agama Islam dan
sebagian lagi buku cerita anak yang dimiliki anak saya setiap kali ia ke Toko
Buku. Selebihnya beberapa buku yang saya tulis hasil memenangkan event menulis
dan beberapa antologi lainnya yang ikut menambah warna dalam koleksi buku-buku
saya. Koleksi buku-buku itu juga saya dapatkan dari sisihan budget belanja
harian dan hadiah dari event menulis.
Jika alasannya hanya agar saya bisa
tetap menulis, berkreasi dan merasa nyaman, selama ini saya tetap menulis dan
bisa mencari ketenangan sejenak di toko buku walaupun saya belum punya pojok
inspirasi yang saya dambakan. Namun keinginan saya ini melebihi dari itu dan sangat
beralasan, saya merasa bahagia saat santri-santri, tetangga atau teman-teman
yang datang berkunjung ke rumah mendapatkan sebuah pengetahuan atau kenangan di
pojok Inspirasi saya, sebuah kebahagiaan tiada tara buat saya ketika rumah saya
menjadi salah satu sumber ilmu bagi orang lain yang datang berkunjung. Lebih
dari itu saya ingin anak saya dan teman-temannya lebih mencintai membaca, lebih
mencintai buku melebihi kecintaan saya pada buku. Saya masih bisa membayangkan bagaimana wajah
anak saya dan teman-temannya begitu antusias mendengarkan saya mendongeng dari
buku. Itu quality time yang tak bisa
saya tukar dengan apapun.
Ini adalah Pojok Inspirasi sederhana yang saya miliki kini.
Pada akhirnya, kebahagiaan itu
sebuah harapan untuk dapat memberikan sesuatu pada yang lain tanpa mengurangi
nilai pemberian itu sedikit pun. Dan tentu saja kebahagiaan yang lain ketika
buku-buku saya juga semakin banyak terpajang di Pojok Inspirasi sebagai master piece untuk dibaca sampai
kapanpun oleh anak-anak saya di pojok Inspirasi ini. Semoga keinginan ini dapat
segera terwujud… Amin…*
Jakarta, 29 Mei 2012
Pukul. 10.36 WIB
Aida MA
Comments
Post a Comment