Behind The Scene "Kereta Terakhir"
Hampir semua kisah yang saya tulis selalu memiliki kisah tersendiri di hati saya. Kereta Terakhir juga punya kisah yang tak jauh berbeda dengan semua cerita yang pernah saya kisahkan, baik itu yang menang dalam event besar di penerbit besar, event kecil, atau tidak menang sama sekali.
Kereta terakhir mungkin sedikit lebih unik dari yang lainnya. Perjalanan mengikuti event menulis SOULMATE WRITING BATTLE di Leutika Prio ternyata memiliki tantangan tersendiri dimulai sejak dari penetapan kriteria lombanya. Satu kisah, satu setting cerita namun ditulis dengan dua sudut pandang yang berbeda, ketika saya harus berperan sebagai anak, maka partner menulis saya harus menuliskannya dari sudut pandang seorang Ibu.
Fitri “Ragil Kuning” Gendrowati, saya mengenalnya sebagai sosok “Ratu Antologi” bayangkan saja dalam waktu kurang dari dua tahun ini karya-karyanya sudah tergabung dalam 28 Antologi yang berbeda, sebuah prestasi yang membuat saya tak berani menolak saat ia menawari saya untuk bekerjasama dengannya dalam proyek Soulmate Writing Battle.
Namanya sebuah tim kerjasama, maka Mba Fitri adalah partner menulis yang sangat asik. Apalagi saya telah terbiasa bekerjasama dengannya dalam even KUMCER “Berbagi Hati” yang juga menjadi pemenang di Leutika Prio tahun 2011 yang lalu. Jika saya memilih merevisi isi cerita maka ia akan berperan dalam copy editing, satu kelemahan saya yang cukup fatal dalam dunia menulis yaitu EYD, benar-benar sangat terbantu dengan kerjasama yang manis dengan Mba Fitri.
Ada 5 setting cerita dan alur yang sama dalam buku ini, namun ditulis dengan dua sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan 10 cerita yang menawan. Diawali dengan kisah bersetting di Tokyo dan diakhiri dengan kisah romantisme yang menggugah hati.
Jika ada yang paling berkesan di antara semua cerita dalam buku ini, maka saya akan setuju dengan Mba Fitri yang rela malam-malam ke warnet untuk membaca kiriman cerpen saya yang terakhir sebagai pelengkap naskah kami. Bahkan akuan Mba Fitri sendiri ia masih tetap meneteskan air mata setiap kali membaca kisah penutup dari buku “Kereta Terakhir” ini.
Proses penerbitan buku ini sendiri juga butuh sebuah kesabaran. Setelah mendapat pengumuman bahwa naskah “Kereta Terakhir” berada dalam jajaran pemenang di event SWB Leutika Prio, maka kami harus menunggu proses penerbitannya yang berlangsung beberapa bulan pasca pengumuman pemenang, dan akhirnya buku “Kereta Terakhir” lahir juga di hadapan para pembacanya tepat tanggal 24 Maret 2012. Terimakasih banyak kepada Leutika Prio.
Keinginan saya dan Mba Fitri tak berlebihan, harapan kami sebagai penulis semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan mampu menambah warna yang berbeda dalam dunia literasi Indonesia.
---------
Jakarta, 26 Maret 2012
Pukul 22.25 WIB
Aida MA
Comments
Post a Comment