Peri Berkerudung Biru
Koridor 017
Hatiku tertinggal di sini, telah lama kuraba mencoba menemukan tiap sudutnya
Koridor 017 warna temaram menghiasi sepanjangnya,…
Begitu redup cahaya di sana,..seredup keinginanmu untukku,…
Peri berkerudung biru dalam senyumannya yang sendu,…
Koridor 017,..ketika kuletakkan harapanku
Mata coklatmu berbicara,..”aku baik-baik saja”
Wahai Peri berkerudung biru,..
Kurasakan cumulonimbus menggelantung pekat di atas kepalaku
Diam,…Mataku panas menahan genangan sumur airmata di hatiku
Lepaskan,..kan ku coba lepaskan
Walaupun lebih berat daripada menahannya,..
Koridor 017 barisan file teratas dari kisahku
Tanpa perlu kubuka isinya,..
Hatiku telah sangat kenal judulnya
Peri berkerudung biru,….aku tak kan memohon
Namun Ijinkan aku tetap membukanya di file hatiku…
----------------
Pertengahan February
Bagaimana mungkin mata coklat itu kini redup
Lebih redup dari cahaya lampu di koridor 017,…
Peri berkerudung biru,..
Ku akui,..aku tlah menjadi pendosa
Ketika dekapanku begitu erat menyanjung malaikat
Namun hatiku tak berani membisu melafalkan kisahmu,…
Seperti dzikir panjang yang tak pernah terputus waktu
Pertengahan February,…tanpa hujan,..tanpa terik
Ketika “seandainya” itu punya makna,…
Mungkin aku akan memilih mencarikan cahaya untukmu
Walaupun bukan cahaya gemintang,..
Kerlipan Kunang-kunang pun akan terasa indah,…
Peri berkerudung biru,…
Meskipun ku tak mungkin mengubah “seandainya”
Setidaknya biar kurangkai senyummu menjadi indah
Biar kuterangi coklatnya matamu hingga berbinar
Walaupun hanya dengan itu aku akan tetap menjadi seorang pendosa
Antara kau peri berkerudung biruku dan bidadari yang erat memeluk tubuhku,..
Peri berkerudung biru,…untuk kesekian kali, ku mohon…Maafkan hatiku….
Jakarta, 20 september 2010
Aida m Affandi
Comments
Post a Comment