Antara Dirimu dan Malam
Aku telah memesan kelam pada sang malam. Bersama kerlipan gemintang dan semburat sinar sabit sang rembulan yang bersinergi melukiskan wajah langit.
Suara katak hendak kawin terasa begitu nyaring diantara riuh rendah birama Flamenco mengikuti hentakan Zapateado dan liukan Filigrano dari energiknya sang penari gypsi.
Tak sedikitpun mataku berhenti menatapi kerlipan gemintang. Seperti deretan senyumanmu terukir pada tiap gugusnya.
Ribuan malam kuhitung bersama angin musim hujan yang memelukku. Tak pernah penat membebani inginku meski ku tahu musim semi tak pernah hadir di tanah pijakanku.
Antara dirimu dan malam. Ada aku yang tak pernah mampu melukis wajahmu yang tersenyum nyata di depanku. Seperti rindu yang hanya mampu kusimpan di hati untuk kuisipi dalam gundahku.
Dalam pekatnya cinta yang menembus malam, tlah kularungkan pinta lewat sampan bamboo yang kukirim untukmu di hilir sungai. Menyanyikan pinta hatiku di sepanjang alur beningnya air menuju muara hatimu.
Masih,..antara dirimu dan malam,..hanya ada aku yang mendengarkan tetesan embun berbisik rindu akan bumi. Masih ada aku dalam pekat galauku.
Flamenco : tarian gypsi
Zapateado : gerakan khas kaki
Filigrano : gerakan khas tangan yang berputar
Jakarta, 7 february 2011
Pukul 23.23 wib
Aida M Affandi
Comments
Post a Comment